Makassar, Momen Pembaruan--- Dalam kunjungan kerjanya ke Sulawesi Selatan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono didampingi Walikota Makassar Muhammad Ramdhan Pomanto, melakukan peninjauan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat yang juga dikenal dengan program Metropolitan Sanitation Management Investment Project (MSMIP) di Makassar, Kamis (27/7/2023).
Program MSMIP di Makassar ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air limbah terpadu pada kawasan perkotaan. Pekerjaannya meliputi pembangunan IPAL (waste water treatment plant) dengan teknologi MBBR dan pemasangan jaringan perpipaan sepanjang 6,8 kilometer.
“IPAL dibangun dengan kapasitas 16.000 m3/ hari atau kira-kira dapat melayani sekitar 22.000 sambungan. Mulai dari konsumen rumah tangga, rumah sakit, pertokoan dan perkantoran. Tujuan utamanya adalah untuk kualitas lingkungan yang lebih baik, karena permukiman semakin padat maka limbahnya juga bertambah. Jadi harus kita olah dulu sebelum masuk ke badan air,” kata Menteri Basuki.
Saat ini progres konstruksi dari seluruh paket pekerjaan Program MSMIP telah mencapai 95%, termasuk progres pembangunan IPAL nya. Ditargetkan, akan mulai operasi pada akhir 2023 mendatang.
“Total anggarannya senilai Rp948 M, hampir Rp 1 Triliun. Saat ini IPAL-nya sudah bisa beroperasi dengan kapasitas 1200 m3/hari dan akan terus meningkat seiring penyelesaian sambungan pipanya (sewerage system). Mudah-mudahan November 2023 nanti sudah tersambung dan bisa langsung beroperasi,” jelas Menteri Basuki.
Di Indonesia, Program MSMIP ini diimplementasikan pada 4 kota metropolitan, yaitu Makassar, Palembang, Jambi, dan Pekanbaru. Nantinya, limbah cair domestik akan dialirkan dari rumah-rumah ke sistem IPAL melalui instalasi perpipaan, tidak lagi menggunakan truk tinja. Limbah tersebut akan diolah hingga aman kualitas airnya bagi lingkungan. Teknologi yang digunakan adalah Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang menggunakan biofilm polyethylene.
MBBR dinilai efektif dalam mereduksi kandungan oksigen pengurai bakteri air (Biological Oxygen Demand), nitrifikasi dan menghilangkan nitrogen. Sehingga efluen yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor. P. 68/MenLHK/Sekjen/Kum.1/8/2016 tentang baku mutu air limbah domestik, antara lain kadar BOD dibawah 30 mg/liter.
“Sistem pengelolaan air limbah terpadu ini merupakan hal baru yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Harapannya, nanti tidak ada lagi air kotoran (limbah) yang dibuang di tanah dan badan air. Sehingga, tingkat kesehatan meningkat dan lingkungan juga semakin bersih,” kata Walikota Makassar Danny Pomanto.
Melihat progres pekerjaan yang hampir selesai, Menteri Basuki berpesan untuk menjaga kebersihan dan kerapihan, serta memperbanyak penghijauan. “Nanti setelah selesai jangan lupa dirapihkan. Kalau ada sisa-sisa material dikeluarkan. Mohon untuk mulai ditanami pohon yang rindang dari sekarang,” pesan Menteri Basuki.
Turut hadir dalam kegiatan, Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian, Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Djaya Sukarno, Kepala BBPJN Sulawesi Selatan Asep S Hidayat, Kepala BPPW Sulawesi Selatan Ahmad Asiri, dan Direktur Utama PT Brantas Abipraya Sugeng Rochadi. (Rel/d/MP)