Langkah utama penanganan darurat pada tanggul yang jebol dengan cara memasang kawat beronjong lebih kurang sepanjang 50 meter dengan menggunakan material batu setempat. Selanjutnya membuat alur dengan lebar sekitar 2 meter atau 2 blade excavator yang ditembuskan ke pintu penguras di sebelah kiri, agar air dapat dialirkan ke jaringan irigasi, Kata Mochamad Dian Ma'aruf, S.Si. ST. MT, kepada wartawan di kantornya, Selasa (15/8/2023).
"Air akan dialirkan ke pintu penguras sehingga kalau ada sedimen bisa dibuang. Dengan membuka alur itu kita dapat mengarahkan air ke pintu intage lalu masuk jaringan irigasi Lubuk Laweh" ungkap Dian.
Dian menceritakan, pasca kejadian keesokan hari nya Ia bersama jajaran turun langsung kelapangan mencek lokasi, namun krn excavator sedang digunakan ditempat kejadian bencana di tempat lain, maka alat baru bisa diturunkan sekarang. Dampak jebolnya tanggul pada Bendung DI Lubuk Laweh telah mengakibatkan saluran irigasi tidak dapat mengaliri air lagi ke areal persawahan seluas 184,5 hektar.
Namun bendung dan saluran irigasi tersebut berada dibawah kewenangan Dinas PUPR Kota Padang, karena luas nya di bawah 1000 hektar. " Dari pengecekan langsung kelapangan, kami menduga bencana itu terjadi karena air tidak bisa mengalir tembus ke arah bendung akibat terhalang oleh sedimen" kata Kepala BWSS-V Padang ini.
Sedimen itu sudah sangat masif kata Dian, sehingga air lari ke kiri dan ke kanan. Ketika air lari ke kiri tentu tebing sebelah kiri nya tergerus. Ketika air lari ke kanan tembok penahan tebingnya yang akhirnya tergerus.
"Kondisi demikian sudah lama berlangsung, sehingga jebolah dinding itu"kata Dian.
Dengan volume air yang tidak melebihi tinggi sedimen dimana tinggi sedimen sudah sama tinggi dengan mercu. "Ketika belum jebol, air nya ada dibawah sedimen yang menyebabkan air belok ke kiri atau belok ke kanan. Ketika sudah jebol otomatis alur air akan mengarah ke tempat yang jebol, sehingga air tidak bisa masuk ke jaringan irigasi" jelasnya.
Kemudian langkah BWSS-V Padang setelah kejadian melakukan inventarisasi untuk menentukan bentuk penanganan dilokasi itu. Kemudian dapat mempersiapkan alat dan bahan yang akan dibawa ke lokasi.
"Kunjungan pertama kami menginvestarisir. Selanjutnya dilakukan penanganan darurat dengan cara pemasangan beronjong lebih kurang 50 meter dengan menggunakan material batu setempat. Kemudian tanah galian ditaruh di belakang beronjong yang sudah di pasang. Tujuannya untuk memperkuat beronjong yang sudah dipasang dan air kembali dapat mengalir.
Untuk menghindari terjadinya penumpukan sedimen yang masif seperti sekarang, dalam melaksanakan operasi pemeliharaan perawatan bendung Dinas PUPR Kota Padang harus lebih aktif melakukan buka tutup pintu penguras. "Buka tutup pintu penguras harus menjadi perhatian. Sekarang sudah dibuka alur nya tolong nanti diperhatikan, karena sedimen yang di atasnya mungkin akan turun lagi ke arah mercu.
Sebelum dilakukan penanganan permanen, coba intensifkan kerja petugas penjaga pintu air dalam mengatur buka tutup pintu air. "Buka dulu penguras habis itu tutup, lalu buka intake. Nanti kalau sudah banyak lagi tutup intake, buka penguras, sehingga bangunan infrastruktur nya jadi awet" ungkap Dian memberi contoh.
Sementara ini, BWSS-V Padang belum ada program untuk penanganan permanen. Tapi jika semua sedimen diangkat dan dibuang, sudah cukup penanganan nya. Sebab tidak ada tikungan sehingga air mengalir lurus langsung ke bendung.
"Kalau air mengalir lurus ke bendung tidak menghantam apapun, belum perlu penanganan permanen. Harapannya nanti setelah kita tangani dengan membukakan alur air ke arah pintu penguras, nantinya Dinas PUPR tinggal melanjutkan nya"urainya.
Dian juga menyorot aktivitas penambangan galian c yang terjadi pada wilayah hulu sungai. Aktivitas itu dapat mengakibatkan batu dan pasir yang sudah tergali mengendap terbawa air menumpuk diareal bendung. (Darmen/Yd/MP)