Notification

×

Iklan

Iklan

Bangkai Kapal Perang Teluk Bone di Pantai Teluk Pauh Menjadi Buah Bibir Masyarakat ?

Jumat, 03 Januari 2025 | Januari 03, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-04T03:17:59Z
Bangkai kapal perang Teluk Bone di Pantai Teluk Pauh, Kota Pariaman 

Pariaman, MP----- " Bangkai " Kapal Perang Teluk Bone yang " terdampar " di Pantai Teluk Pauh, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, menjadi " buah bibir"  masyarakat. Pasalnya, sejak terdampar, bangkai kapal perang  tersebut terkesan dibiarkan begitu saja oleh Pemerintah Kota Pariaman pasca dibawa dari Surabaya beberapa tahun yang lalu. Bahkan informasi nya, untuk menyeret bangkai kapal dari Surabaya ke pantai Pariaman, Pemerintah Kota Pariaman mengeluarkan dana yang lumayan besar lebih kurang sekitar Rp. 2 miliar ?.

Raski Fitra, S.ST Plt Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Emri Joni Kabid Pariwisata, bersama Afridon wartawan editorial 

Masyarakat di Kota Pariaman dibuat bertanya - tanya apa tujuan Pemerintah Kota Pariaman membawa bangkai kapal perang tersebut ke Pantai Pariaman. Sebab, sampai sekarang bangkai kapal perang tersebut terdampar begitu saja di Pantai Teluk Pauh, Kota Pariaman, tanpa ada diperhatikan. 


" Saya juga heran dengan Pemko Pariaman, apa tujuannya membawa bangkai kapal ini ke Pantai Pariaman. Setahu saya sudah lebih tiga tahun ini bangkai kapal tersebut berada di Pantai Teluk Pauh, dan sekarang kondisinya semakin terlihat keropos," kata Ali salah seorang warga kepada media mp saat berada dekat lokasi kapal, Kamis (2/1/2025).


Arif warga lainnya juga menuturkan  hal yang sama, menurut nya Pemko Pariaman telah menghamburkan uang rakyat, untuk menyeret kapal ke pantai Pariaman menghabiskan dana yang informasi nya mencapai  miliaran rupiah, sementara manfaat untuk daerah sampai sekarang belum ada. " Ini namanya pekerjaan mubazir, uang rakyat digunakan pada sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat, baik bagi daerah maupun masyarakat, " ciletuknya.


Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Raski Fitra, S. ST, menjelaskan bahwa tujuan awalnya kapal diletakan di Pantai Pariaman untuk museum bahari, selfie - selfie, kemudian dari  atasnya masyarakat bisa melihat sunset. Namun demikian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman belum bisa berbuat apa - apa, karena aset belum diserahkan oleh Pemko Pariaman. 


" Sampai sekarang asetnya itu belum diserahkan oleh Pemko ke kita, jadi kami juga keberatan kalau untuk mengerjakannya, disamping anggaran juga tidak ada, " kata Raski.


Kalau Dinas Pariwisata diminta mengelolannya, harus tersedia dana awal 2 miliar atau 3 miliar, bisa untuk melakukan rehab dalam, rehab - rehab pondasi. " Tapi karena tidak ada penyerahan sama sekali, kami tidak anggaran kan di tahun 2025, anggaran kami pun di 2025 dipotong 1,2 miliar, jadi kami mau berbuat apa, " ujarnya Raski.


Karena kapalnya diletakan disitu (Pantai Teluk Pauh-red) bagi Dinas Pariwisata tidak ada masalah, itu walikota yang lama meletakannya. " Saya juga tidak tahu ternyata kapalnya sudah ada disitu, kadis yang lama pun tidak kepikiran, tidak tahu apakah itu untuk kegiatan yang mana, diserahkan ke dinas juga tidak, " ungkapnya.


Setahunya kapal itu hibah dari Kemenhan, dulu yang membawanya Pak Alfian, Pak Fuadi kesini. " Hibah itu mungkin dari Pak Prabowo ke Pak Genius, tapi waktu itu tidak ada biaya saya dengar, dihibah saja tapi untuk biaya angkut nya mungkin ada anggaran 2 miliar tadi, " ungkapnya lagi.


Pada kesempatan itu, Emri Joni Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, menambahkan penjelasan bahwa proses kapal ini ide awalnya dari Bapak Genius (Walikota-red), sebuah kapal yang mempunyai historis yang tinggi. " Rencana awal muncul dari perbincangan dengan Bapak Genius, kapal ini kita minta ke pusat ditarik ke Pariaman, nanti sesampai di Pariaman ada beberapa rencana penggunaan, bisa saja nanti menjadi museum bahari, kemudian menjadi salah satu destinasi wisata baru di Kota Pariaman, apakah berbentuk resto, cafe, hotel, dan lain - lain dengan memanfaatkan yang ada, " kata mantan Kabid Destinasi ini. 


Dan yang tidak kalah pentingnya, kata Emri Joni meneruskan penjelasannya, bahwa kapal itu memiliki nilai edukasi karena kapal adalah bukti sejarah peperangan pada masa dulu. Setelah ditarik sampai ke Pariaman, ditengah lautan kapal pakai tali jangkar, kebetulan posisinya dekat lokasi wisata. " Karena adanya ombak dan lain - lain, kapal itu terdampar pas di Pantai Teluk Pauh yang sekarang bisa kita lihat, " terangnya.


Sekarang keberlanjutan nasib kapal tidak tahu, karena ini kebijakan Pemko tentu menunggu kepala daerah yang baru, apakah mendukung rencana lama atau tidak. " Kita menunggu arahan, sifat  kita di Dinas itu teknis, kalau disuruh atasan mengerjakan dengan didukung anggaran tentu kita laksanakan, "ucapnya. 


" Walaupun anggaran pemeliharaan tidak ada, secara sosial dan sukarela, kawan - kawan di bidang destinasi yang bertugas di Pantai Teluk Pauh selalu menghimbau masyarakat supaya tidak mendekati dan menaiki kapal, karena itu berbahaya, " ujarnya.


Terkait anggaran menyeret kapal ke Pariaman, Emri Joni mengaku tidak pasti mengetahui nya. " Masalah anggaran kita tidak tahu pasti, karena waktu menarik kapal dari Surabaya sampai ke Pariaman prosesnya tidak di Dinas Pariwisata. Yang saya tahu waktu itu dari Ispektorat ada pak Alfian,  dari perhubungan ada pak Fadli, dan Bapak Elfi Candra Asisten II, mereka tim langsung yang dibentuk pak Genius selaku walikota untuk mendatangkan kapal sampai disini, dan Alhamdulillah sudah sampai, tapi apakah mereka bertiga atas nama instansinya atau pribadinya saya tidak tahu, " tutupnya. (RJ/mp)

×
Berita Terbaru Update