![]() |
Ditulis oleh Junaidi Kepala SMP Negeri 5 Padang |
Bulan Ramadan 1446 Hijriah/2025 Masehi akan segera tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah Kota Padang akan kembali melaksanakan pesantren Ramadan untuk peserta didik jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Secara historis, pesantren Ramadan di Kota Padang sudah dilaksanakan secara berkesinambungan sejak tahun 2004. Dengan demikian, pelaksanaan pesantren Ramadan di Kota Padang tahun ini akan memasuki tahun ke-21.
Karena sudah 20 tahun melaksanakan pesantren Ramadan, tentu kita sangat berharap pelaksanaan pesantren Ramadan tahun ini akan jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, kita berharap ada inovasi baru dalam pelaksanaan pesantren Ramadan tahun ini.
Apalagi di tengah upaya Kemdikdasmen mencari format terbaik untuk pembelajaran selama Ramadan, pola pesantren Ramadan di Kota Padang bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan pemerintah untuk diadopsi.
Hemat penulis, salah satu gagasan yang kiranya bisa dipertimbangkan sebagai inovasi pesantren Ramadan tahun ini ialah dengan menambahkan program pesantren Ramadan dengan khatam Al-Quran. Sehingga programnya menjadi pesantren Ramadan dan Khatam AlQur’an. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadikan tadarus dan tahsin Al-Quran menjadi salah satu prioritas utama dalam kegiatan pesantren Ramadan. Para peserta dibimbing setiap hari untuk lancar dan fasih serta khatam membaca Al-Quran. Diakhir kegiatan pesantren Ramadan mereka diuji untuk menentukan layak atau tidak untuk ikut khatam Al-Quran yang dilaksanakan secara serentak dan masal se-Kota Padang.
Kenapa Khatam Al-Quran?
Ada beberapa argumentasi yang bisa dipertimbangkan untuk menilai penting atau tidaknya gagasan ini. Pertama, khatam Al-Quran merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membangun budaya gemar mengaji atau membaca Al-Quran di kalangan peserta didik. Apalagi bila kita mampu melaksanakan khatam Al-Quran secara rutin setiap tahun, maka peserta didik yang beragama Islam bisa ditargetkan minimal harus khatam AlQuran sekali setahun. Bagi peserta didik SMP, insya Allah mereka minimal bisa khatam AlQuran tiga kali selama duduk di bangku SMP.
Patut dicatat bahwa peserta didik SD dan SMP di Kota Padang saat ini sebenarnya sudah ada tagihan untuk membaca Al-Quran setiap hari yang harus mereka catat dalam Buku Agenda Penguatan Karakter Siswa. Salah satu tagihannya, mereka dituntut mengaji setiap hari dan dicatat surat apa dan ayat berapa yang dibaca serta diparaf oleh orang tua setiap hari dan oleh guru sekali seminggu. Sayangnya karena belum ada target secara kolektif, maka jumlah ayat yang dibaca setiap harinya rata-rata belum banyak. Meski sudah terbiasa mengaji setiap hari saja sudah patut diapresiasi. Dengan adanya khatam Al-Quran akbar secara masal dan serentak setelah pesantren Ramadan di Kota Padang, maka tentu peserta didik akan lebih bersemangat mengaji setiap harinya.
Dengan sudah dimulainya membangun budaya mengaji setiap hari di sekolah sejak awal tahun ajaran baru, maka pada saat pesantren Ramadan sebenarnya tinggal memperkuat saja lagi. Mereka yang sudah terbiasa mengaji setiap hari, mungkin ketika memasuki bulan suci Ramadan mereka sudah selesai membaca beberapa juz dari 30 juz Al-Quran. Dengan demikian, mereka tinggal memacu semangat untuk bisa khatam membaca Al-Quran selama Ramadan. Mereka tidak harus memulai dari Juz pertama ketika memulai pesantren Ramadan.
Kedua, program pesantren Ramadan plus khatam Al-Quran sangat sejalan dengan salah satu dari tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang ingin dibangun oleh Mendikdasmen, Prof. Abdul Mu’ti, yaitu gemar beribadah. Gemar mengaji atau membaca Al-Quran tentu merupakan salah satu bentuk gemar beribadah yang harus dibiasakan secara rutin. Dengan adanya khatam Al-Quran masal dan serentak setiap tahunnya di Kota Padang, kita harapkan bisa membangun budaya gemar mengaji setiap hari. Ini juga sejalan dengan program magrib mengaji serta program 18-21 yang sudah sejak lama dilaksanakan oleh sekolah-sekolah di Kota Padang. Lebih menarik lagi, ini tentu juga sejalan dengan program smart surau.
Ketiga, menyandingkan pesantren Ramadan dengan khatam Al-quran akan semakin membuat kegiatan pesantren Ramadan lebih bermakna, lebih membumi, serta membuat out putnya semakin lebih jelas dan dan lebih terukur. Bila orang bertanya kepada peserta didik tentang hasil pesantren Ramadan, ia bisa menjawab salah satunya bacaan Al-Qurannya semakin bagus dan ia telah khatam membaca Al-Quran sebanyak 30 Juz. Bagi umat Islam, pandai membaca Al-Quran dengan baik dan benar merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki. Karena itu, menjadikan peserta pesantren Ramadan bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar adalah salah satu target yang harus dicapai dalam pesantren Ramadan. Pesantren Ramadan sejatinya adalah “bengkel” bacaan Al-Quran, di samping “bengkel“ ibadah, akidah dan akhlak.
Adanya kegiatan tadarus dan Tahsin Al-Quran dalam kegiatan pesantren Ramadan juga akan semakin mempertegas tugas para guru. Misalnya 1 orang guru wajib membimbing dan mendampingi sekitar 15 peserta didik untuk mengaji dengan benar setiap pagi dan mencapai target khatam membaca Al-Quran sebanyak 30 Juz. Para guru diminta menyimak dan membetulkan bacaan Al-Quran peserta didik yang dibimbingnya jika terjadi kesalahan. Untuk melakoni tugas ini tentu para guru juga harus terlebih dahulu mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Karena itu, gagasan program ini tentu tidak saja akan mampu meningkatkan kemapuan peserta didik, namun juga kemampuan para guru dan kepala sekolah dalam membaca Al-Quran. Ini tentu juga bisa menghasilkan efek domino.
Keempat, adanya khatam Al-Quran yang disandingkan dengan pesantren ramadan akan menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan banyaknya peserta didik, bahkan juga guru yang kurang lancar dalam membaca Al-Quran. Sebuah realita yang tidak bisa kita pungkiri hari ini ialah cukup banyaknya anak-anak kita yang duduk di bangku sekolah yang tidak pandai membaca Al-Quran. Di sekolah penulis saja misalnya, dari 817 siswa yang beragama Islam dan telah diuji kemampuan mengajinya, sekitar 10 persen mereka masuk dalam kategori sangat tidak lancar membaca Al-Quran. Meski kami sudah berupaya membantu mereka melalui kegiatan ekstrakurikuler TPA, namun itu belum cukup mampu membuat mereka fasih dan lancar membaca Al-Quran.
Adanya program pesantren Ramadan plus khatam Al-Quran, diharapkan bisa menjadi salah satu cara untuk “memaksa” peserta didik yang belum lancar membaca Al-Quran untuk benar-benar serius belajar mengaji sehingga bisa membacanya dengan fasih dan lancar. Upaya ini tentu juga sejalan dengan tuntutan Perda Kota Padang nomor 6 tahun 2003 yang mengamanatkan bahwa peserta didik SD/MI yang beragama Islam dan akan melanjutkan ke jenjang SMP di Kota Padang harus pandai baca tulis Al-Quran.
Kelima, program ini kiranya juga dapat menjadi inovasi baru bagi pemerintah daerah sekaligus juga bisa turut memecahkan rekor MURI. Bila merujuk pada jumlah peserta pesantren Ramadan tahun 2024 yaitu sebanyak 87.304 orang, jika jumlah peserta tahun ini tidak jauh berbeda dan jika diasumsikan separoh saja dalam jumlah tersebut bisa khatam AlQuran, maka tidak kurang dari 40.000 orang akan menjadi peserta khatam Al-Quran yang dihelat Pemerintah Kota Padang setiap tahunnya. Ini tentu akan menjadi sebuah prestasi yang membanggakan yang akan semakin meneguhkan Kota Padang sebagai kota religius. Tidak kalah pentingnya, semoga ini juga menjadi bagian dari dakwah dan syiar Islam dalam rangka liI’la kalimatillah. Wallahu a’lam bish shawab.