![]() |
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, Sukarli, S.Pt. M.Si saat berbincang - bincang dengan media mp diruang kerjanya |
Padang, MP----- Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, tertarik mengembangkan Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA), untuk wilayah Sumatera Barat. Hal tersebut diutarakan Gubernur Sumatera Barat ketika berkunjung ke peternakan sapi potong yang diintegrasikan dengan kelapa sawit milik Safni, pelaku dunia usaha sekaligus Bupati Lima Kota terpilih, yang berada di Kota Duri, Propinsi Riau, kata Sukarli, S.Pt. M.Si, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Propinsi Sumatera Barat, bercerita kepada wartawan diruang kerjanya, Rabu 12 Maret 2025.
Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit adalah model pengembangan usaha peternakan sapi yang menggabungkan sapi potong dengan perkebunan kelapa sawit. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian.
![]() |
Walaupun dibulan ramadhan, security maupun petugas resepsionis kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, tetap bekerja ceria penuh semangat |
" Mungkin setelah mendengar pemaparan dari Bapak Safni yang telah berhasil mengintegrasikan sapi dengan kelapa sawit, Bapak Gubernur tertarik betul melihat kesitu. Maka waktu itu (malam tahun baru-red) kami diajak Bapak Gubernur mendampingi beliau, tanggal 31 itu kita berangkat dari sini (Padang-red) jam 4 sore, pas jam nol, nol kita sampai di Pekanbaru, " ulas Sukarli.
![]() |
Gedung Kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, Jalan Rasuna Said Nomor 68, Kota Padang |
Besok paginya, kata Sukarli meneruskan ceritanya, bertemu dengan Bapak Safni pelaku usaha peternakan sapi potong, kemudian diajak meninjau lokasi peternakan sapi nya didalam areal kebun sawit. Didalam areal kebun sawit itu diperkirakan ada sepuluh titik kandang sapi, dalam satu kandang berisi 50 ekor sapi.
" Ternyata dengan mengintegrasikan sapi dengan kelapa sawit, Pak Safni ini mendapat tiga keuntungan, pertama adalah sawitnya sendiri, yang kedua ternaknya, dan yang ketiga bisa memanfaatkan limbah ternak jadi pupuk, buah sawit yang tadinya sekitar 40 kilo, setelah dipupuk menggunakan kotoran sapi menjadi 80 kilo, kemudian pertumbuhan batang juga lebih bagus, " kata Sukarli.
Ketika itu, kata Sukarli, Gubernur menyampaikan apa yang telah dilakukan oleh Bupati Lima Kota ini bisa dibawa ke Sumbar. " Saya juga sampaikan ke Pak Gubernur, bahwa di Sumbar sebenarnya dibeberapa titik sudah ada, tapi tidak terekspos seperti yang dilakukan oleh Pak Safni di Riau ini, " tuturnya.
Perjalanan Pulang, Ada Informasi Sapi Terkena PMK
Dalam perjalanan pulang kata Sukarli, pihaknya menerima informasi telepon dari Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Limapuluh Kota, bahwa ada indikasi 4 ekor sapi terkena PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), mendapat informasi itu pihaknya langsung menghubungi Balai Veteriner Bukittinggi.
" Melalui Kepala Balainya Pak Tangguh, saya bilang Pak Tangguh ada indikasi seperti ini mohon untuk di cek, ternyata Pak Tangguh juga respon, besoknya langsung di cek. Ternyata bukan 4, tapi yang kena itu malah ada 11, dari 11 ini 4 positif yang lain sudah mulai terjangkit, itu makanya langsung dilakukan penanganan oleh Kabupaten Limapuluh Kota dan Balai Veteriner, " kata Sukarli.
Selain Vaksin, Melalui Puskeswan Gencarkan KIE
Didalam mengantisipasi PMK ini, selain dengan vaksin, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sumatera Barat, juga menggencarkan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) melalui Puskeswan - Puskeswan yang ada untuk melayani masyarakat. " Ajakan kita untuk masyarakat peduli, kalau ada gejala - gejala seperti itu melaporkan kepada petugas, namun demikian secepat apapun kita, namanya penyakit yang disebabkan oleh virus, tentu tidak bisa teratasi, paling tidak kita bisa melakukan pembatasan wilayah, kemudian Biosecurity, kemudian melakukan pengobatan, " paparnya.
Dalam mencegah PMK ini, masyarakat juga dihimbau untuk memperhatikan kebersihan kandang, pakan ternak, dan pengamatan. " Kalau kita punya sapi tidak pernah dilihat, tidak pernah diamatin tentu ngak mungkin. Kemudian sering juga berkomunikasi dengan petugas, karena tidak semua petugas bisa menjangkau peternak, tapi peternak bisa menjangkau petugas, " ungkapnya.
" Terus terang, kita dengan ada sekitar 64 Puskeswan itu, petugas kita masih sangat sedikit sekali, kadang - kadang seperti di Padang Pariaman itu, ada satu dokter hewan melayani sampai 8 kecamatan, kan sesuatu yang tidak mungkin, " tambahnya. (Rj/mp)